THE BEST GUITARIST
Gitar mungkin merupakan instrumen musik yang paling banyak dimainkan orang di seluruh dunia. Lalu siapakah pemain gitar terbaik yang pernah dilahirkan ke muka bumi? Pertanyaan ini selalu muncul ke dalam benak saya sejak mengenal musik.
Ada banyak pemain gitar jenius yang muncul. Mereka semua adalah sosok yang sangat luar biasa. Nama-nama seperti JimiHendrix, Steve Vai, Joe Satriani, atau Yngwie Malmstein, Eric Clapton, atau Carlos Santana mungkin sudah tidak asing lagi.
Gitaris rock zaman kini yang mencari guru abadi atau sekadar melongok puncak permainan hanya akan menemui satu orang: Jimi Hendrix. Kepadanyalah, dan dari dia sajalah, segala teknik yang ada sekarang dirujukkan. Simak pengakuan-pengakuan yang dipublikasikan majalah Guitar (November 1997): ‘Dialah hal terbesar yang pernah kulihat,”
Sebuah bayaran yang pantas, tapi, rupanya, itulah penampilan akbar terakhir bagi Jimi. Setahun kemudian ia lebih memilih meninggalkan semuanya, selama-lamanya. Secara fisik, sih. Soalnya, pengaruh Jimi justru tetap hidup hingga kini.
2. Joe Satriani
3. Steve Vai
4. John Petrucci
5. Yngwie Malmsteen
6. Paul Gilbert
7. Nuno Bettencourt
8. Eddie Van Halen
Sebelum era permainan gitar shredd dipopulerkan oleh Yngwie Malmsteen pada tahun 1984, 6 tahun sebelumnya Eddie Van Halen telah lebih dulu sukses menggemparkan dunia musik. Teknik two handed tapping atau yang biasa disebut tapping saja telah berhasil secara mutlak meracuni lebih dari separuh gitaris rock yang ada di Amerika. Bukan hanya teknik tapping saja, ia juga mempopulerkan gaya permainan gitar hard rock yang sangat berbeda dari kebanyakan gitaris rock yang cukup kental permainan bluesnya. Solo gitarnya di tembang Eruption yang terdapat dalam album debut grupnya Van Halen secara mengejutkan menjadi perbincangan utama gitaris-gitaris rock dimasa itu.
9. Michael Schenker
10. Brian May
Gitar mungkin merupakan instrumen musik yang paling banyak dimainkan orang di seluruh dunia. Lalu siapakah pemain gitar terbaik yang pernah dilahirkan ke muka bumi? Pertanyaan ini selalu muncul ke dalam benak saya sejak mengenal musik.
Ada banyak pemain gitar jenius yang muncul. Mereka semua adalah sosok yang sangat luar biasa. Nama-nama seperti JimiHendrix, Steve Vai, Joe Satriani, atau Yngwie Malmstein, Eric Clapton, atau Carlos Santana mungkin sudah tidak asing lagi.
Saya akan coba menulis
10 gitaris terbaik versi penulis. Mungkin sedikit subjektif. Tapi untuk
urusan musik, sulit mencari hal yang objektif.
1. Jimi HendrixGitaris rock zaman kini yang mencari guru abadi atau sekadar melongok puncak permainan hanya akan menemui satu orang: Jimi Hendrix. Kepadanyalah, dan dari dia sajalah, segala teknik yang ada sekarang dirujukkan. Simak pengakuan-pengakuan yang dipublikasikan majalah Guitar (November 1997): ‘Dialah hal terbesar yang pernah kulihat,”
kata Stevie Ray Vaughn, . gitaris blues yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada 1990.
‘Sependapat, Keith
Richards, pemetik gitar The Rolling Stones, menyatakan bahwa Stevie
”memainkan ramuan materi yang sangat menarik”. Dan Eric Clapton, salah
seorang gitaris yang pada 1970-an dijuluki dewa gitar, mengakui dengan
Jimi-lah ”aku akhirnya merasa bertemu orang lain yang bisa kuajak bicara
dan bermain”.
Fenomena itu sebenarnya
paradoks dengan kenyataan bahwa Jimi sudah tak ada lagi. Ia meninggal di
Rumah Sakit St. Mary Abbot, London, karena berlebihan menelan obat
bius. Konon, ia sengaja mengakhiri hidupnya sendiri (pesan-pesan dan
pernyataan-pernyataannya sebelum itu, seperti dikutip Q Encyclopedia of
Rock Stars, antara lain, berupa: ”Aku sudah mati sejak lama.”)
Namun jika memperhatikan
benar, Jimi-lah yang ”menemukan” hampir semua kemungkinan eksplorasi
bermain gitar. Pada masanya, ketika aksesoris sound masih sangat
terbatas, ia sudah memainkan wah dan distorsi secara sempurna — yang
lalu menjadi fondasi rock ‘n roll di masa-masa sesudahnya. Ia bahkan
melengkapi diri dengan jurus-jurus akrobatik, misalnya memetik senar
dengan gigi.
Lahir pada 27 November
1942 di Seattle, Amerika Serikat, dengan nama Johnny Allen Hendrix, Jimi
menaruh perhatian pada musik, khususnya gitar, sejak kecil. Jagoan
gitar pada masa-masa itu, seperti B.B. King, Muddy Waters, Buddy Holly,
dan Robert Johnson, menjadi idolanya. Gitar pertama, jenis akustik,
diperolehnya dari ayahnya pada musim panas 1958. Dengan modal itu ia
bergabung dengan The Velvetones. Dan sejak itu jalan hidupnya seperti
sudah digariskan.
Dengan The Velvetones
Jimi hanya ikutan tiga bulan. Pada musim panas berikutnya, berbekal
gitar listrik baru yang diperolehnya, lagi-lagi, dari ayahnya, Jimi
bergabung dengan The Rocking Kings. Sesudah itu Jimi sempat mengikuti
wajib militer, dan membentuk band di barak, tapi tak lama. Cedera
menyebabkannya diberhentikan dari dinas. Perubahan besar terjadi ketika,
sebagai gitaris pocokan yang sudah kenyang bermain dengan bermacam
artis, pada 1966, ia bertemu Chas Chandler, pembetot bas Animals — band
yang punya hit The House of the Rising Sun.
Chas, yang memutuskan
keluar dari Animals dan memilih pekerjaan baru sebagai manajer, membawa
Jimi ke Inggris. Di sana Chas mempertemukan Jimi dengan Mitch Mitchell,
dramer, dan Noel Redding, pemain gitar yang diminta membetot bas.
Bersama mereka berdua, Jimi lalu membentuk Jimi Hendrix Experience.
Experience cepat
melambung. Single pertamanya, Hey Joe, sempat 10 minggu ngendon di
tangga lagu-lagu Inggris, mencapai posisi tertinggi keenam pada awal
1967. Sukses ini segera disusul album Are You Experience?. Inilah
rekaman yang disebut-sebut sebagai kompilasi baru musik yang sama sekali
radikal; album yang menyuarakan semangat generasi pada masa itu.
Tapi popularitas di
negeri sendiri baru diperoleh ketika Jimi berkesempatan manggung di
Monterey International Pop Festival, County Fairground, Monterey,
Kalifornia, pada 1967. Di sinilah Jimi memamerkan aksi teatrikal yang
fenomenal: membakar dan menghancurkan gitarnya.
Bendera karier Jimi
terkerek tinggi-tinggi sejak itu. Berturut-turut, dalam waktu kurang
dari setahun, antara 1968-1969, bersama Mitch dan Noel, ia merilis Axis:
Bold as Love dan album ganda Electric Ladyland. Pada album yang disebut
terakhir Jimi, yang akhirnya memiliki studio sendiri, mengerahkan
seluruh kemampuannya sebagai gitaris maupun sebagai operator-sound
engineer. Sukses besar. Tapi korban tak terhindarkan: Experience bubar.
Jimi memang tak lalu ikut tenggelam. Ia bahkan masih sempat
meramaikan festival band yang hingga kini tak terlupakan dalam sejarah
musik rock: Woodstock Music & Art Fair. Waktu itu tahun 1969. Jimi,
yang tampil bersama Gypsy Sons & Rainbows (antara lain diperkuat
Mitch), mengantongi bayaran 125 ribu dolar Amerika Serikat, tertinggi di
antara para artis lain.Sebuah bayaran yang pantas, tapi, rupanya, itulah penampilan akbar terakhir bagi Jimi. Setahun kemudian ia lebih memilih meninggalkan semuanya, selama-lamanya. Secara fisik, sih. Soalnya, pengaruh Jimi justru tetap hidup hingga kini.
2. Joe Satriani
Joe Satriani, pertama
kali belajar gitar pada saat berumur 14 tahun. Pada umur 15 tahun, Joe
sudah mengajar gitar (selama 3 tahun) kepada beberapa muridnya yang
antara lain adalah Steve Vai, Kirk Hammet (Metallica) dan Larry LaLonde
(Primus). Dapat dibayangkan betapa tekunnya dan cepatnya Joe mendalami
permainan gitarnya.
Sambil mengajar di
Second Hand Guitar, Berklee, Joe merilis albumnya yang pertama tahun
1986 yang berjudul Not Of This Earth. Tahun berikutnya, Surfing With The
Alien dirilis dan mendapatkan gold dan platinum sales. Tahun 1989
Surfing in a Blue Dream pun dirilis dan mencapai angka 750.000 keping
untuk penjualannya dan masuk ke nominasi Grammy Awards. Tahun 1992 The
Extremist dirilis yang juga masuk nominasi Grammy Awards dan mencapai
peringkat 24 di Billboard chart.
Tahun berikutnya, Time
Machine (dobel CD) dirilis. Di tahun 1995 album yang berjudul Joe
Satriani dirilis dan lagu My World masuk nominasi Grammy Awards. Tahun
1998 Joe merilis albumnya yang ke delapan berjudul Crystal Planet.
Di tahun 2000 Joe
merilis album Engines Of Creation. Di album ini Joe melakukan eksperimen
dengan rekaman menggunakan rhytm-rhytm yang dibuat di komputer. Tahun
2001 Joe merilis album live nya Live in San Fransisco.
Selain merilis album
solonya, Joe Satriani juga merupakan penggagas diadakannya G3. Bersama
Steve Vai, Joe sudah beberapa kali mengadakan konser G3 dengan dewa
gitar lainnya seperti Eric Johnson (1996), Adrian Leggs, Kenny Wayne
Shepherd dan Robert Fripp (1997), Michael Schenker dan Uli John Roth
dengan Brian May sebagai Guest Star untuk show di London dan Patrick
Rondat di Perancis (1998) dan John Petrucci (2001).
Joe Satriani juga
berpartisipasi dalam proyek Merry Axemas-nya Steve Vai dan memainkan
satu lagu Silent Night yang di aransemen ulang dan juga pernah mengisi
posisi gitar untuk Deep Purple di tahun 1990-an.
3. Steve Vai
Siapa yang tidak kenal
dengan dewa gitar yang satu ini? Permainannya mulai dari blues, jazz,
rock sampai klasik dan ethnic music. Permainan gitarnya pun tidak
terbatas pada komunitas gitar saja tetapi juga bagi orang-orang awam
yang tidak mendalami gitar.
Pada umur 6 tahun, Steve
mulai belajar piano. Pada umur 10 tahun, Steve mulai belajar bermain
akordeon. Pada umur 13 tahun barulah Steve mulai mendalami gitar dan
sejak saat itu lahirlah seorang dewa gitar yang baru.
Steve Vai mengawali
karirnya dengan album debutnya Flex-Able Leftovers pada tahun 1984. Pada
tahun 1990, Steve merilis album keduanya yang berjudul Passion and
Warfare.Album ini mendapat pengakuan internasional dan Steve memenangkan
polling pembaca majalah Guitar Player dalam 4 kategori yang berbeda.
Album Steve yang ketiga
berjudul Sex & Religion dirilis tahun 1993 dan album keempatnya
Alien Love Secrets dirilis tahun 1995. Pada tahun 1996 album kelima
Steve Fire Garden dirilis.
Tahun 1999, Steve
meluncurkan album keenamnya yang berjudul Ultra Zone. Dalam album ini
Steve lebih banyak memfokuskan dirinya dalam komposisi lagu dan
bereksperimen dengan gitarnya.
Tahun 2001 album The
Seventh Song dirilis dan album ini berisi lagu-lagu slow/ballad yang
pernah dirilis Steve dengan ditambah beberapa lagu baru. Dan di tahun
2001 Alive in an Ultra World pun dirilis.
Steve Vai juga pernah
memproduksi 2 album Natal yang berjudul Merry Axemas Vol.1 dan Merry
Axemas Vol.2, juga konser G3 bersama Joe Satriani dan Eric Johnson/Kenny
Wayne Shepherd dan terakhir John Petrucci turut juga bergabung dalam
G3.
Belakangan ini Steve Vai
lebih memfokuskan diri bereksperimen pada permainan gitarnya dan
sekarang ini band Steve Vai ditambah seorang pemain bass yang sudah
tidak asing lagi buat fans-fans rock tahun 80-an, Billy Sheehan. Belum
pasti kapan album barunya akan beredar, kita tunggu saja… liberty and
justice for all!
4. John Petrucci
John besar di Long
Island, tepatnya di King park, dimana dia, john myung & Kevin moore
bersekolah bersama. John mulai Belajar gitar ketika masih berumur 12
tahun (sebelumnya dia pernah belajar ketika berumur 8 tahun tetapi
menyerah ketika Dia melihat kakak perempuannya harus begadang tiap malam
belajar main organ. Dia tidak merencanakan untuk menjadi seperti Itu,
Dia belajar gitar sepulang sekolah dan akhirnya dia menjadi tidak
tertarik lagi).
Namun dia mulai banyak
terpengaruh Oleh permainan gitar dari gitaris semacam Yngwie Malmsteen,
Randy Rhoads, Iron Maiden, Steve Ray Vaughn, dan grup besar Semacam Yes,
Rush, Dixie dregs dan lain lain dia mulai bertekad untuk mencapai level
permainan seperti mereka.
Sebagaimana kemunculan
musik trash metal yang membuat John tertarik, maka John juga memperluas
influence nya dengan Mendengarkan Metallica & Queensryche. John
merasa membutuhkan tantangan yang lebih dalam tehnik guitar oleh karena
itu Dia banyak mengadaptasi hammering speed & melodic style dari
gitaris-gitaris seperti Steves (Steve Morse & Steve Vai), The Als
(Allan Holdsworth & Al Dimeola) Mike Stern, Joe Satriani, Neal Schon
& Eddie Van Halen.
Pendidikan musiknya
dimulai dengan berbagai kelas teori musik yang dia ambil ketika high
school. Dia belajar secara otodidak, tetapi dia sempat menerima beberapa
pelajaran gitar yang dia ambil ketika dia masuk ke Berklee College of
Music di Boston, dimana dia Mempelajari komposisi jazz dan harmoni.
Ketika di Berklee John
Petrucci dan John Myung yang juga belajar di berklee bertemu dengan Mike
Portnoy, dan mereka mulai membuat band yang diberi nama Majesty yang
nantinya kemudian berganti nama menjadi Dream Theater. John sudah
merekam 7 album dengan Dream Theater, dan dia juga banyak terlibat
dengan beberapa proyek sampingan seperti Liquid Tension Experiment
Dengan Tony Levin, Age of Impact, dan bahkan game Sega Saturn yang
disebut Necronomicon, dan juga terakhir dia terlibat dalam proyek G3
Bersama Joe Satriani dan Steve Vai. Kecintaan dia pada menulis lirik
dikombinasikan dengan gaya komposisi yang unik dari progressive fusion
Mengasah bentuk musik dari Dream Theater.
John tinggal bersama
istrinya Rena, dan 3 anaknya SamiJO, Reny, dan Kiara di New York. Ketika
dia tidak bermain gitar dia banyak menghabiskan Waktunya dengan istri
dan anak-anaknya dengan bermain skating, bersepeda, berolahraga dan
menontong film.
John sedang merencanakan
membuat solo albumnya yang pertama. Lagu-lagu barunya yang dia mainkan
ketika bersama G3 juga akan ada di solo album tersebut. Jaws of Life
(sebelumnya I.B.S.), Damage Control and Glasgow Kiss. Dia melibatkan
beberapa musisi seperti Dave LaRue pada bass, Dave DiCenso dan Tony
Verderosa pada drum.
5. Yngwie Malmsteen
Yngwie Malmsteen
merupakan pelopor yang melahirkan seluruh gitaris shredder . Setelah Eddie Van Halen (Van Halen) pertama
kali membawakan tembang “Eruption” pada tahun 1978 yang memperkenalkan
teknik “two handed tapping”, Yngwie meluncurkan album klasik baroque
shred debutnya “Rising Force” yang mengegerkan komunitas gitar rock,
menciptakan standar baru untuk kecepatan & keahlian dalam bermain.
Warna “Neo-Classical” yang di bawahkan Yngwie adalah berdasarkan
struktur komposisi dari J.S Bach (1685-1750) dan Niccolo Paganini
(1782-1840).
Setelah itu muncul para
gitaris shredder yang menghasilkan sekian banyak album yang sukses.
Hampir setiap minggu muncul gitaris baru yang mengklaim dirinya sebagai
gitaris baru yang paling cepat di dunia. Sebagai contoh: Paul Gilbert,
Marty Friedman, Jason Becker, Richie Kotzen, Vinnie Moore, Tony
Macalpine, Greg Howe, dll. Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Yngwie
merupakan pahlawan gitar yang patut diacungi jempol.
Pernikahan ayah Yngwie
(seorang kapten tentara) dan ibunya (Rigmor – seniman) diakhiri dengan
penceraian tidak lama setelah Yngwie lahir. Di samping itu Yngwie juga
memiliki seorang kakak perempuan bernama Ann Louise dan kakak lelaki
Bjorn. Yngwie terlahir sebagai anak bungsu yang liar, tidak bisa diatur
dan ceria.
Pada awalnya Yngwie
mencoba untuk mempelajari piano dan trumpet tetapi ia tidak dapat
menguasai alat musik tersebut. Acoustic guitar (gitar bolong) yang
dibeli oleh ibunya pada waktu dia berusia 5 tahun juga tidak disentuh
Yngwie dan dibiarkan bergelantung di dinding.
Sampai akhirnya pada tgl
18 September 1970, Yngwie melihat sebuah acara spesial mengenai
meninggalnya Jimi Hendrix. Di situ Yngwie yang masih 17 tahun tsb
menyaksikan bagaimana Jimi Hendrix menghasilkan bunyi feedback guitar
dan membakar gitarnya di depan penonton. Pada hari wafatnya Jimi Hendrix
tsb lahirlah permainan gitar Yngwie.
Yngwie yang penasaran
tersebut kemudian membeli sebuah Fender Stratocaster murah, mencoba
memainkan tembangnya Deep Purple dan menghabiskan banyak waktu untuk
mengetahui rahasia dari alat instrumen dan musiknya sendiri. Kekaguman
Yngwie terhadap Ritchie Blackmore (gitaris Deep Purple) yang dipengaruhi
oleh musik klasik dan kekaguman terhadap kakak perempuannya yang sering
memainkan komposisi Bach, Vivaldi, Beethoven, dan Mozart, memberikan
ide kepada Yngwie untuk menggabungkan musik klasik tersebut dengan musik
rock. Yngwie terus bermain seharian penuh sampai tidurpun dia masih
tetap bersama gitarnya.
Pada usia 10 tahun,
Yngwie menggunakan nama kecil dari ibunya “Malmsteen”, mengfokuskan
seluruh energi dia dan berhenti bersekolah. Di sekolah Yngwie dikenal
sebagai pembuat onar dan sering berantem, tetapi pintar dalam pelajaran
bahasa Inggris dan seni. Ibunya yang menyadari bakat musiknya yang unik,
mengizinkan Yngwie tinggal di rumah dengan rekaman dan gitarnya.
Setelah menyaksikan violinis Gideon Kremer membawakan komposisi
Paganini: 24 Caprices di televisi, Yngwie akhirnya mengetahui bagaimana
cara mengawinkan musik klasik dengan skill permainan dan karismanya.
Yngwie dan beberapa
temannya merekam 3 lagu demo dan dikirim ke studio rekaman CBS Swedia,
tetapi rekaman tersebut tidak pernah digubris atau diedarkan. Oleh
karena frustasinya, Yngwie menyadari bahwa dia harus meninggalkan Swedia
dan mulai mengirimkan demo rekaman dia ke berbagai studio rekaman di
luar negeri. Salah satu dari demo tape Yngwie ternyata jatuh ke tangan
konstributor Guitar Player dan pemilik Shrapnel Records: Mike Varney.
Akhirnya Yngwie mendapat undangan ke Los Angeles untuk bergabung dengan
band terbaru Shrapnel: “Steeler” dan seterusnya yang disebut sebagai
sejarahnya. Pada bulan February 1983 Yngwie berangkat dari Swedia ke Los
Angeles dengan bekal keahlian dan gaya permainan barunya.
Selanjutnya permainan
Yngwie dikenal dunia dengan permainannya yang sangat cepat di intro lagu
“Hot On Your Heels”. Yngwie kemudian pindah ke group band Alcatrazz,
sebuah band yang bergaya “Rainbow” dan didirikan oleh penyanyi Graham
Bonnett. Walaupun telah bergabung dengan Alcatrazz yang menampilkan
sekian banyak solo hebat di lagu “Kree Nakoorie”, “Jet to Jet,” dan
“Hiroshima Mon Amour”, Yngwie masih merasa terlalu dibatasi oleh band
itu sendiri. Akhirnya Yngwie berpikir bahwa hanya album sololah yang
menjadi solusi terbaik.
Album solo pertama
Yngwie: Rising Force (kini dinobatkan sebagai kitab musik rock
Neo-Classical) berhasil memasuki nomor 60 di tangga Billboard charts
untuk musik instrumental gitar tanpa berbau komersil. Album ini juga
memenangkan nominasi Grammy untuk Instrumental Rock Terbaik. Tidak lama
kemudian Yngwie terpilih sebagai Gitaris Pendatang Baru Terbaik di
berbagai majalah dan media, Gitaris Terbaik Tahun Itu, dan Rising Force
menjadi Album Terbaik untuk tahun itu juga.
Pada 22 June 1987
mendekati ultah Yngwie yang ke-24, Yngwie mengalami kecelakaan dengan
mobil Jaguarnya yang mengakibatkan dia koma hampir seminggu. Penyumbatan
darah pada otak Yngwie juga menyebabkan tangan kanannya tidak
berfungsi. Karena takut akan karirnya yang akan berakhir itu, Yngwie
dengan susah payah mengikuti terapi untuk memulihkan kembali tangan
kanannya. Setelah itu Yngwie mendapat cobaan lagi dari kematian ibunya
di Swedia akibat penyakit kanker yang menghabiskan banyak biaya medical.
Jika Yngwie orang lain, mungkin sudah menyerah dengan nasib seperti
itu, tetapi Yngwie justru berubah dan kembali ke musiknya dengan
semangat tinggi.
Setelah itu Yngwie
meluncurkan album yang laris manis seperti Odyssey, Eclipse, Fire &
Ice, Seventh Sign, I Can’t Wait, Magnum Opus, Inspiration, Facing the
Animal, Alchemy, War To End All Wars dan akhirnya Yngwie berhasil
mewujudkan cita-citanya untuk bermain bersama sebuah Orkestra penuh di
salah satu album terbarunya: Concerto Suite for Electric Guitar and
Orchestra in Eb minor, Op. 1 (tahun 1998).
Ketika merelease
albumnya Eclipse (1990), Yngwie sempat tour dan membuat konser yang
sukses di Indonesia (Jakarta, Solo, & Surabaya). Rencananya pada
bulan July 2001 ini Yngwie juga akan konser kembali di Indonesia, namun
dibatalkan karena pemerintah USA & istrinya menasehati Yngwie akan
keamanan politik di Indonesia. Padahal tiket Yngwie sudah sempat laku
keras di Indonesia, penggemar Yngwie di Indonesia boleh kecewa. Kapan
lagi Yngwie akan konser di Indonesia apabila keadaan politik Indonesia
masih seperti ini?
Album-album berikutnya adalah Attack!! yang memuat nomor hits instrumental Baroque & Roll. Pada tahun 2003, Yngwie diajak bergabung dalam formasi G3
bersama Joe Satriani dan Steve Vai yang menelurkan 1 album dan 1 video.
Setelah selesai tur bersama G3, ia merampungkan album terbarunya Unleash The Fury. Album tersebut direlease diawal taun 2005.
6. Paul Gilbert
Paul Gilbert merupakan
salah satu dewa gitar seperti halnya Steve Vai, Yngwie, John Petrucci
lainnya. Sebelumnya Paul dikenal melalui group bandnya Mr.Big, rekaman
Mr.Big yang laku keras turut membesarkan nama Paul di dunia musik rock.
Paul sendiri sudah cukup
mengegerkan dunia gitaris pada tahun 86-87 sebagai pemain gitar
tercepat di dunia ketika Paul masih bergabung dengan group band Racer X.
Teknik permainannya telah sempurna saat ia baru menginjak 17 tahun itu.
Pada usia 5 tahun (1971)
Paul sudah mulai mempelajari gitarnya, 10 tahun berikutnya (1981) Paul
coba mengirim demo rekamannya ke produser Mike Varney dan di luar
dugaanya Mike sangat mengagumi permainannya di samping Tony Macalpine.
Pada tahun 1984 Paul
pindah ke LA dan melanjutkan sekolah gitarnya ke GIT (Guitar Institute
of Technology) dan kini telah menjadi instruktur sekolah gitar bergengsi
ini.
Pada tahun 1986 dia
bergabung dengan band pertamanya Racer X dengan album debutnya “Street
Lethal “, kemudian “Second Heat” (1987) & “Live! Extreme Volume”
(1988).
Pada tahun 1989 Paul
meninggalkan Racer X dan bergabung dengan group band MR.BIG dengan
pemain bass yang disegani “Billy Sheehan”, vocalis Eric Martin dan
drummer Pat Torpey.
Mereka meluncurkan album pertamanya “MR.BIG” dan MR.BIG tampil untuk pertama kalinya di Jepang pada bulan Oktober.
Selanjutnya Paul
meluncurkan album berikutnya: “Live! Raw Like Sushi” (1990), “Mr Big –
Lean into it” (1991), “Mr.Big – San Francisco Live” (1992), “Racer X –
Live Extreme Volume 2″ (1992), “Mr.Big – Bump Ahead” (1993), “Mr.Big –
Live! Raw Like Sushi 2″ (1994), “HEY MAN” & ” The best of MR.BIG”
(1996), “Hard Rock Cafe”, ” Live At Budokan ” & solo ” King of Club”
(1997).
Lagu “To Be With You” (dari Album “Lean Into It”) menduduki posisi pertama di majalah Billborad USA selama 3 minggu.
Pada tahun 1998 Paul
tampil pertama kali di Jepang dengan solo albumnya. Paul meluncurkan
album solo “Flying Dog”. Tahun 1999 Paul kembali ke Jepang dan
meluncurkan album solo kedua “Beehive Live” dan album ketiga Racer X
“Technical Difficulties”.
Tahun 2003 album Burning
Organ dirilis, kali ini masuk ke label Indonesia dibawah naungan Staria
Enterprise. Namun album berikutnya, Acoustic Samurai tidak lagi di
Staria, melainkan berpindah ke label Variant Music. Kemudian Paul
menggelar promo tur album “Spaceship One” hingga ke Indonesia. Hal ini
disambut antusias oleh penggemar-penggemarnya, pasalnya banyak artis
asal Amerika yang menarik diri karena takut disweeping oleh pihak-pihak
tertentu.
7. Nuno Bettencourt
Nuno Bettencourt
merupakan gitaris rock yang terbaik dalam permainan ritemnya. Beberapa
gitaris lain yang dapat menandingi permainan ritemnya dapat terhitung
misalnya: John Petrucci, Darren Housholder dan beberapa pemain funk
metal lainnya.
Kekreatifan Nuno dalam
menciptakan teknik permainan baru telah dikenal sejak album pertama dan
kedua group bandnya Extreme yaitu: “Extreme” dan “Pornograffitti”. Tidak
heran Nuno dinobatkan menjadi “Best New Talent” (pendatang baru
terbaik) begitu Extreme meluncurkan album keduanya “Pornograffitti”.
Sesuai dengan perkataan
Nuno sendiri di interview-interviewnya bahwa cita-cita Nuno adalah
menulis album berwarna funk seperti Pearl Jam, Nirvana dan sejenisnya.
Oleh karena itu jika Anda ingin mendengarkan kepiawaian Nuno sebagai
shredder, maka kami rekomendasikan Anda mendengarkan album Extreme:
“Pornograffitti”.
Album pertama “Extreme”
dan album ketiga “Three Side Story” juga tidak kalah bagusnya. Justru
album solo Nuno sendiri dan band barunya Mourning Widows, tidak
menampilkan skill dari permainan Nuno sendiri. Bubarnya Extreme cukup
mengecewakan penggemar Nuno.
Pada tahun 1982 Nuno
pertama kalinya bertemu dengan vokalis Extreme: Gary Cherone. Ini
merupakan awal dari band Extreme tsb. 2 tahun kemudian (1984) Nuno
meninggalkan sekolahnya dan konsentrasi dalam melatih permainan
gitarnya. Nuno melihat drummer Extreme: Mike Mangini di sebuah club di
dalam band tribute Van Halen, ketika band-band lain sedang istirahat,
Mike memainkan solo drum yang luar biasa.
1985 Nuno bertemu dengan
bassist Extreme: Pat Badger yang bekerja di toko gitar Jim Mouradian di
Winchester di mana Nuno selalu memodifikasi gitarnya di sana. Nama band
mereka pertama kali dinamakan “The Dream” sebelum menggunakan nama
“Extreme” dan menghasilkan lagu “Mutha” yang berhasil menerobos jajaran
lagu di MTV. Tak lama kemudian nama band mereka diganti menjadi
“Extreme” dan tampil di Festival Mare de Agosto (Santa Maria) pada tahun
1986.
Pada tahun 1987 Extreme
memenangkan “Outstanding Hard Rock Act” pada tahun pertama Boston Music
Awards. Mereka juga memenangkan kontes MTV video, yang ditonton juga
oleh perusahaan rekaman A&M A&R scout. Pada bulan September
mereka mendapat kabar baik dari A&M record untuk mulai rekaman.
Pada tahun 1989 mereka
kembali disebut sebagai “Rising Star” di Boston Music Awards. Tak lama
kemudian album debut mereka direlease, tetapi tidak banyak mendapat
perhatian selain menjadi album terlaris minggu pertama di Boston,
mencapai urutan ke 80 di US chart dan terjual 300.000 copy. “Kid Ego”
menjadi single pertama mereka dan kemudian “Little Girls” dan Mutha
(Don’t Wanna Go To School Today).
Guitar Magazines
menobatkan Nuno sebagai “the next Eddie Van Halen”! Extreme tour ke
Amerika Utara dan Jepang. Lagu “Play With Me” menjadi soundtrack film
“Bill and Ted’s Excellent Adventure”. Kemudian Nuno mengisi ritem gitar
di lagu Janet Jackson “Black Cat”.
Pada tahun 1990 Extreme
merekam album keduanya “Pornograffitti” di Scream Studio (LA). Guitar
magazine memberikan 6 halaman khusus untuk Nuno. Lagu Decadence Dance,
Get The Funk Out direlease, tetapi tidak banyak yang terjadi.
Pada bulan Desember
perusahaan gitar Washburn membuatkan gitar N4 Nuno Bettencourt Signature
Series, sampai saat ini N4 membuktikan kerberhasilan penjualan gitar
Nuno.
Awal kesuksesan Nuno
terjadi pada bulan June 1991 ketika lagu “More Than Word” menjadi hit
nomor 1 di USA dan luar negeri termasuk Israel, Belanda, dll. Nuno juga
mengisi dan menjadi cover untuk video Hot Guitarist Video Magazine
Premiere Volume (December ’92).
Pada bulan Oktober Nuno
terpilih sebagai Rocker Terseksi di majalah Playgirl dan juga
memenangkan “Top of the Rock”, “Songwriter of the Year”, “Solo of the
Year” (Flight of the Wounded Bumblebee), dan “Guitar LP of the Year” di
majalah gitar “Guitar For The Practicing Musician”
Selanjutnya Extreme
merelease album-album berikutnya: “III Sides”, “Waiting For The
Punchline” dan kemudian meninggalkan Extreme, merelease album solonya
dan membentuk band barunya “Mourning Widows”.
Penggemar shredder boleh kecewa dengan keluarnya Nuno dari Extreme
karena album-album berikutnya Nuno semuanya berwarna funk murni, tidak
terdengar lagi permainan gitar yang menampilkan skill dari Nuno.8. Eddie Van Halen
Sebelum era permainan gitar shredd dipopulerkan oleh Yngwie Malmsteen pada tahun 1984, 6 tahun sebelumnya Eddie Van Halen telah lebih dulu sukses menggemparkan dunia musik. Teknik two handed tapping atau yang biasa disebut tapping saja telah berhasil secara mutlak meracuni lebih dari separuh gitaris rock yang ada di Amerika. Bukan hanya teknik tapping saja, ia juga mempopulerkan gaya permainan gitar hard rock yang sangat berbeda dari kebanyakan gitaris rock yang cukup kental permainan bluesnya. Solo gitarnya di tembang Eruption yang terdapat dalam album debut grupnya Van Halen secara mengejutkan menjadi perbincangan utama gitaris-gitaris rock dimasa itu.
Eddie Van Halen atau
biasa disebut dengan panggilan singkat EVH, merupakan seorang imigran
dari Belanda. Ia dan keluarganya pindah ke Amerika sekitar tahun 60an.
Awalnya lebih dulu mempelajari piano dan kemudian sedikit konsentrasi di
drum. Sedangkan kakaknya, Alex Van Halen malah mempelajari gitar.
Diam-diam mereka berdua
saling mencuri kesempatan mempelajari instrumen yang bukan miliknya.
Alex belajar drum, EVH belajar gitar. Ternyata malah keduanya sepakat
bertukar alat musik. Jadilah kemudian EVH menekuni gitar.
Pada saat mulai belajar
gitar, ia cukup terpengaruh dengan permainan dari Eric Clapton dan Jimmy
Page. Kemudian mereka membentuk band bernama Mammoth yang akhirnya
berganti menjadi Van Halen dengan masuknya Michael Anthony pada bass,
dan David Lee Roth pada vocal. Band ini terbentuk secara resmi tahun
1974.
Album Van Halen yang
dirilis tahun 1978 berhasil menembus charts Billboard sampai posisi 15
dan berhasil terjual sebanyak 2 juta keping yang salah satu menjadi
penyebabnya adalah solo gitar EVH di lagu instrumental, Eruption.
Nama Eddie Van Halen
langsung berkibar karena ia berhasil mempopulerkan teknik tapping. Meski
kontribusi dari David Lee Roth sebagai vocalis yang atraktif dan
fenomenal juga tak bisa dipandang sebelah mata, namun bisa dibilang nama
EVH lebih menjual. Namanya menjadi perbincangan dan berkali-kali meraih
penghargaan sebagai Guitarist of The Year oleh majalah-majalah.
Selain teknik tapping
yang menjadi trademarknya, EVH juga dikenal dengan senyumnya yang selalu
ia tampilkan dalam segala kondisi. Tak heran gitaris-gitaris muda di
Amerika begitu menghormatinya. EVH kemudian membuat penampilan gitar
Fender Stratocasternya menjadi berbeda. Body berwarna merah dengan
garis-garis putih menjadi salah satu nilai jualnya.
Album berikutnya dimasa
David Lee Roth menjadi vocalis yang dirilis adalah Van Halen II (1979)
dan Woman and Children First (1980), Fair Warning (1981), Diver Down
(1982), dan sebuah album yang merupakan salah satu album masterpiece dari Van Halen yaitu 1984 yang dirilis tahun 1984.
Di album 1984, EVH
menampilkan permainan keyboard yang menawan. Malahan masyarakat awam
lebih mengenal suara dan permainan keyboardnya di lagu Jump ketimbang
teknik-teknik gitarnya. Lagu Jump berhasil menjadi juara 1 di charts
Billboard.
Pada tahun 1983, sebelum
album 1984 dirilis. EVH sempat bekerjasama dengan King of Pop, Michael
Jackson. EVH ikut serta dalam proyek album Thriller yang nantinya
terjual lebih dari 20 juta copy. Ia memoles lagu yang berjudul Beat It
menjadi sedikit berwarna rock dan dance. Tak lupa juga EVH menampilkan
solo gitar dan teknik tappingnya yang merajalela di lagu tersebut.
Munculnya EVH di lagu tersebut mendapat respon yang luar biasa dengan
perolehan menduduki puncak charts Billboard selama berminggu-minggu.
Tahun 1986 Van Halen
mengalami perubahan formasi dengan mundurnya David Lee Roth dan
digantikan oleh Sammy Haggar. Meskipun begitu, EVH tetap mampu
menampilkan permainan-permainan gitar terbaiknya.
Album-album berikutnya
seperti 5150 (1986), OU812 (1988), For Unlwaful Carnal Knowledge (1991),
dan Balance (1995) masih cukup mampu memperpanjang nafas Van Halen
dalam dunia rekaman. Tak lama kemudian kembali Van Halen berganti
vocalis dengan masuknya Gary Cherone (ex Extreme).
Van Halen semasa Gary
Cherone oleh banyak pihak dianggap sebagai era terburuk dengan ditandai
kurang suksesnya album Van Halen III (1998). Tahun 2001 EVH terkena
kanker mulut, ia terpaksa absen selama sekitar 2 tahun untuk proses
penyembuhan.
9. Michael Schenker
Jika diadakan polling
mengenai “10 gitaris terbaik Jerman sepanjang masa”, saya yakin kalau
nama Michael Schenker akan termasuk salah satu diantaranya. Bahkan
kalaupun disuruh memilih 5 saja, saya tetap yakin namanya akan tetap
masuk. Tidak aneh bila melihat sepak terjangnya mengangkat nama Jerman
sebagai negara yang memiliki gitaris kelas satu dan mampu bersaing
dengan gitaris handal dari Inggris dan Amerika.
Michael dan saudaranya,
Rudolf memiliki hobi yang sama, yaitu bermain gitar. Michael mendapat
inspirasi dalam bermusik dari 2 grup band yang cukup populer di masa
itu, Wishbone Ash dan Mountain. Ia juga sempat bekerja sambilan sebagai
transcriber lagu.
Tahun 70-an awal,
Michael bergabung dengan band milik Rudolf, The Scorpions. Kebetulan
permainan Michael cukup menonjol, namun saat band ini merilis album
debutnya, Lonesome Crow pada tahun 1972 album itu kurang mendapat respon
yang positif. Satu hal yang perlu dicatat, saat itu usia Michael baru
17 tahun.
Setelah mengikuti tur
promo bersama Scorpions, band lain bernama UFO tertarik dengan
talentanya. Kemudian Michael meninggalkan Scorpions dan bergabung dengan
UFO yang baru saja ditinggal gitarisnya, Michael Bolton (tapi bukan
Michael Bolton penyanyi).
Bersama UFO, Michael
sempat merilis beberapa album, diantaranya Phenomenon (1974), Force It
(1975), No Heavy Petting (1976), Lights Out (1977), Obsession (1978).
Pada era Michael Schenker inilah nama UFO bisa berkibar dan mendapat
pendengar yang lebih luas sampai ke pasar Amerika.
Permainan gitarnya
menunjukkannya sebagai seorang musisi yang berpengaruh. Ia juga terkenal
dengan sosoknya yang menenteng Gibson Flying-V dengan body yang dimodif
pada bagian catnya, setengah hitam, setengah putih.
Akan tetapi setelah
album merilis album Obsession, Michael dikeluarkan dari UFO karena
kecanduan alkohol dan kembali ke Scorpions. Ia menggantikan Uli John
Roth yang sebelumnya menggantikan posisinya saat ia keluar dari
Scorpions dulu.
Sekembalinya ke
Scorpions, ia ikut merilis album Lovedrive pada tahun 1979. Namun
sayang, ketika sedang menjalani tur pertamanya di Amerika, Michael
lagi-lagi absen hadir karena kecanduan alkohol. Album tersebut tidak
diterima di Amerika terutama karena masalah cover albumnya. Michael pun
digantikan oleh Matthias Jabs yang akhirnya menjadi gitaris permanen
Scorpions sampai saat ini.
Setelah keluar dari
Scorpions, ia sempat diangkat sebagai gitaris pengganti sementara Joe
Perry di Aerosmith. Setelah itu Michael memutuskan untuk bersolo karir
dengan membentuk Michael Schenker Group atau biasa disebut MSG.
Di band ini Michael
bertindak sebagai konseptor dan gitaris. Sedangkan untuk vocal diisi
oleh Robin McAuley. Album-album yang dirilis adalah Michael Schenker
Group (1980), MSG (1981), Assault Attack and One Night at Budokan
(1982). Album-album tersebut cukup berkarakter hingga membuat Ozzy
Osbourne sempat menawarinya menjadi gitaris Ozzy setelah kematian Randy
Rhoads.
Tahun awal-awal 90an,
Michael juga sempat bergabung dengan Ratt untuk bermain unplugged MTV.
Selain itu ia pernah tampil dalam kolaborasi Contraband bersama
personel-personel dari band-band rock saat itu seperti Shark Island,
Vixen, Ratt, dan L.A. Guns). Kemudian ia merilis album Thank You (1993),
dan Unforgiven (1999). Tahun 1995, Michael kembali bergabung dengan
UFO, dan merilis album Walk On Water dan kemudian tahun 2002 merilis
album Sharks.
10. Brian May
Dengan suara gitar yang
khas dan riff-riff gitar yang catchy sebagai kontribusinya pada Queen,
Brian May menjadi salah satu dari sekian musisi yang berbakat dan
memberikan pengaruh pada tahun 70-an.
Ia adalah anak seorang
tukang servis elektronik dan musisi. Ia ternyata ikut mewarisi bakat
ayahnya dalam bidang menyolder dan musik. Namun ia sanggup
menyeimbangkan ketertarikannya akan teknologi dan musisi dan kemudian
melanjutkannya untuk meraih gelar di bidang Fisika. Di saat senggangnya
ia menyempatkan diri membuat gitar dibantu oleh ayahnya. Gitar buatannya
ini yang kemudian menjadi trade-mark Brian May di setiap penampilannya.
Saat masih sekolah ia
membentuk band pertamanya, 1984, yang merupakan sebuah band
instrumental. Band mereka manggung di sekitar kota London dan membuka
pertunjukan artis/band legendaris seperti Traffic, Jimmi Hendrix, Pink
Floyd dan Tyrannosaurus Rex (nantinya dikenal sebagai T-Rex). Pada tahun
1968, ia meninggalkan bandnya untuk memfokuskan diri pada studinya di
Imperial College.
Saat kuliah, May sering
nongkrong bareng Roger Taylor dan kemudian membentuk band hard rock trio
bernama Smile. Ia malah juga meneruskan pendidikannya setingkat S2 pada
jurusan matematika dan ilmu pengetahuan, tapi kemudian malah memutuskan
untuk lebih fokus pada musik secara penuh.
Band Smile
menandatangani kontrak dengan Mercury Records dan merilis satu single
yang tidak meraih sukses. Kemudian mereka menambahkan Freddy Mercury
pada posisi vokal dan merubah nama band mereka menjadi Queen.
Setelah bekerja dengan
beberapa bassist, akhirnya mereka menemukan dan merekrut John Deacon
pada tahun 1971. Queen kemudian menandatangani kontrak dengan EMI dan
merilis debut albumnya (Queen) pada tahun 1973 dengan kekuatan utama
album mereka: kombinasi vokal opera Freddie Mercury dan riff-riff keren
Brian May.
Brian May bersama Queen
terus berekperimen dengan mengembangkan sound mereka. Albun A Night at
the Opera dirilis tahun 1975 dan menelurkan lagu hit “Bohemian
Rhapsody”, yang memperdengarkan kemampuan musikal dan kehebatan mereka
sebagai pengarang lagu.
Kedua album mereka
selanjutnya A Day at the Races pada tahun 1976 dan News of the World
pada tahun 1977 juga meraih sukses besar di radio maupun di toko musik
dengan hit-hit mereka seperti “We Will Rock You” dan bahkan “We Are The
Champion” dari album News of the World malah digunakan menjadi lagu
kemenangan di lomba olahraga di seluruh dunia sampai sekarang.
Yang menarik adalah,
salah satu lagu dari album News, “It’s Late” adalah lagu dimana Brian
May menggunakan two-handed tapping dan hammer-on saat solo gitar dan
setahun kemudian baru Eddie Van Halen terkenal dengan two-handed tapping
gayanya sendiri. May menyebutkan bahwa tehnik tapping yang ia gunakan
diconteknya dari seorang gitaris band club di daerah Texas. Menurut
gitaris band tersebut malah Billy Gibbons (ZZ Top) yang pertama kali
menggunakannya dan ia hanya menconteknya.
Setelah Freddie Mercury
wafat di tahun 1991, Queen secara resmi bubar. Hanya pada event-event
khusus seperti “Concert for Life tribute to Mercury” di tahun 1992
(menggalang dana untuk Mercury Phoenix Trust, dibentuk untuk
meningkatkan kesadaran akan bahaya AIDS).
Brian May kemudian lebih
fokus bersolo karir, merilis Back to the Light pada tahun 1993. Setahun
kemudian ia merilis Live at Brixton Academy, yang isinya adalah
gabungan dari lagu-lagu solo karirnya dan dari koleksi lagu Queen. Pada
tahun 1998 ia merilis album berjudul Another World dimana Jeff Beck ikut
mengisi gitar pada lagu “The Guv’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar